KATA PENGANTAR
Puji
syukur dipanjatkan penulis ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia yang telah diberikan oleh-Nya. Terima kasih juga dihaturkan kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga tugas ini dapat selesai tepat waktu.
Pada kesempatan ini, penulis akan membahas materi tentang Komunikasi Efektif
dari mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi yang dibimbing oleh Ibu Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Komunikasi itu penting untuk menghasilkan pemahaman yang sama
antara pengirim dan penyampai informasi di semua kalangan masyarakat. Komunikasi
yang tidak baik dapat memberi dampak yang luas terhadap kehidupan, dan
sebaliknya komunikasi yang baik dapat menghasilkan kepuasan individu.
Komunikasi dikatakan efektif apabila makna pesan yang
dimaksud atau maksud yang ingin dituju oleh komunikator dapat diterima dengan
baik oleh komunikan. Apabila pesan yang disampaikan tidak dipahami oleh
komunikan berarti komunikasi yang terjadi dapat dikategorikan gagal
berkomunikasi. Oleh karena itu, penyampaian sebuah komunikasi pun harus sangat
diperhatikan agar dapat dikatakan sebagai komunikasi yang efektif.
Semoga pembahasan tentang Komunikasi Efektif dalam Pengantar
Ilmu Komunikasi ini dapat menambah pengetahuan cara berkomunikasi yang baik dan
benar dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Dalam tugas ini, penulis
sadar bahwa pembahasan ini masih jauh dari sempurna. Dan apabila ada kekurangan,
diharapkan saran dan kritik dari pembaca budiman untuk membantu mengoreksinya
agar terlengkapi informasi dalam makalah ini. Mohon maaf juga dihaturkan
apabila ada terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Terima kasih
Jakarta, 18 Desember 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
BAB II : PEMBAHASAN
2.1
Landasan
Teori
2.2
Analisis
Studi Kasus
BAB III : PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR MODUL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Komunikasi merupakan
aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan
dengan baik antar satu sama lainnya dalam melangsungkan kehidupan. Tidak ada
manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Beradaptasi dalam komunikasi bukan
berarti menyetujui atau mengikuti semua tindakan orang lain, melainkan mencoba
memahami alasan dibaliknya tanpa orang tersebut merasa tertekan oleh situasi.
Komunikasi antara orang
dengan orang tidak selalu tergantung pada teknologi, akan tetapi tergantung
dari kekuatan dalam diri orang tersebut serta lingkungannya. Dalam era
modernisasi sekarang ini, manusia perlu mengembangkan dan menguasai berbagai
keterampilan untuk menghadapi berbagai masalah, agar mampu beradaptasi dengan
tuntutan zaman.
Pentingnya komunikasi
maka perlu menjadi perhatian bagi semua dalam mengelola komunikasi menjadi
efektif. Menurut Kohler (1981) dalam Arni menyebutkan bahwa “Para pimpinan dan
para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan
komunikasi mereka untuk komunikasi yang efektif. (Arni, 2014: 1)
Akan tetapi, pada
kenyataannya, untuk mencapai keseimbangan itu tak mudah. Agar bisa terampil, dibutuhkan
usaha yang sungguh-sungguh untuk memahami komunikasi dalam kehidupan
sehari-hari. Hubungan yang baik tercapai apabila ada kepuasan yang dirasakan
ketika melakukan komunikasi. Kesulitan berkomunikasi dengan orang lain membuat kepuasan
kebutuhan individu tak ada habisnya. Di antaranya, kepuasan dalam bekerja yang
berkaitan dengan kinerja kerja pimpinan dan karyawannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Landasan
Teori
Terkait dengan ini, Deddy mengatakan bahwa
“Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku. Komunikasi terjadi
jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui
penyampaian suatu pesan, tanpa harus memastikan terlebih dulu bahwa kedua pihak
yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama.” (Deddy, 2008: 3)
Komunikasi
memiliki varian definisi dan rujukan yang tak terhingga. Diantaranya,
Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa “Komunikasi efektif artinya penerimaan yang
cermat dari isi stimulus seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan
menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan
komunikasi primer. (Jalaluddin, 2015: 13)
Lebih
lanjut lagi, A. Joseph DeVito (1997:23-290) dalam Poppy mengemukakan bahwa
“Komunikasi mengacu pada tindakan satu orang atau lebih yang mengirim dan
menerima pesan, terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh
tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik (feedback) yang dipengaruhi oleh lingkungan (konteks) dimana
komunikasi itu terjadi.” (Poppy, 2014: 3-4)
Komunikasi dapat dilakukan dengan
cara yang sederhana hingga yang kompleks. Ruang lingkup psikologi komunikasi : (Riswandi, 2013: 6)
a.
Sistem komunikasi intrapersonal ;
Dalam sistem ini, membahas tentang karakteristik
komunikan, faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku
komunikasinya, sistem memori dan berpikir serta sifat-sifat psikologi
komunikator
b.
Sistem komunikasi interpersonal ;
Dalam sistem ini, membahas tentang proses persepsi,
konsep diri, atraksi dan hubungan interpersonal
c.
Sistem komunikasi kelompok ;
Dalam sistem ini, membahas tentang kelompok dan
pengaruhnya pada perilaku komunikasi, faktor-faktor yang mempengaruhi
keefektifan kelompok dan bentuk-bentuk komunikasi kelompok
d.
Sistem komunikasi massa ;
Dalam sistem ini, membahas tentang motivasi atau faktor
yang mempengaruhi reaksi individu terhadap media massa, efek komunikasi massa,
dan psikologi komunikator
Berdasarkan
modul dari Ibu Dra.
Isparwati Asri, M.Si., komunikasi tidak efektif disebabkan berbagai hambatan
manusiawi dan teknis
:
1. Faktor-faktor hambatan dalam diri pribadi
1. Faktor-faktor hambatan dalam diri pribadi
¨
Persepsi selektif, akan menolak atau salah mengartikan
informasi yang tidak sesuai dengan anggapan - anggapan atau harapan - harapan yang secara emosional
dibentuk sebelumnya
¨
Perbedaan individu dalam keterampilan komunikasi
2. Hambatan antar pribadi
¨
Kepercayaan
:
karakter pokok komunikasi adalah
kepercayaan
¨
Kredibilitas
: kejujuran, keahlian, kemampuan, dinamisme,
antuasiame
¨
Kesamaan pengirim –
penerima
Bila
sosiologi melihat komunikasi pada interaksi sosial, psikologi pada perilaku
individu komunikan. Fisher dalam Jalaluddin menyatakan bahwa ada empat ciri
pendekatan psikologi pada komunikasi, antara lain : (Jalaluddin, 2015: 8)
¨
Penerimaan stimuli secara indrawi (sensory reception of stimuli)
Psikologi melihat komunikasi bermula ketika panca
indera manusia diterpa rangsangan berupa data
¨
Proses yang mengantarai stimulus dan respons (internal mediation of stimuli)
Rangsangan kemudian diolah dalam jiwa manusia berupa
“kotak hitam yang tidak pernah kita ketahui”
¨
Prediksi respons (prediction of response), dan
Psikologi juga melihat bagaimana respon yang terjadi
pada masa lalu dapat meramalkan respon yang akan datang
¨
Peneguhan respons (reinforcement of responses)
Peneguhan adalah respons lingkungan
Santoso
Sastropoetro dalam Riswandi menyebutkan bahwa berkomunikasi efektif berarti
komunikator dan komunikan harus memiliki pengertian yang sama tentang suatu
pesan yang harus dipenuhi melalui beberapa syarat, sebagai berikut : (Riswandi,
2013: 15)
¨
Menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
¨
Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan
dimengerti
¨
Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian
atau minat bagi pihak komunikan
¨
Pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang
dapat menguntungkan
¨
Pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak
komunikan
Melalui pengertian tersebut dipahami bahwa tidak peduli seberapa berbakatnya seseorang,
betapapun unggulnya sebuah produk, atau seberapa kuatnya sebuah hukum,
kesuksesan tidak akan pernah diperoleh tanpa penguasaan keterampilan komunikasi
yang efektif. Mungkin secara tidak langsung sebagian orang beranggapan
komunikasi itu tidak penting, namun disadari atau tidak saat ini komunikasi
sudah menjadi kebutuhan.
2.2
Analisis
Studi Kasus
Dalam
makalah ini, penulis akan membahas tentang perbedaan persepsi antar karyawan
dan pimpinan. Perusahaan tersebut adalah tempat penulis bekerja. Perusahaan ini
adalah perusahaan keluarga yang bergerak dalam bidang pertambangan, khususnya
batubara. Pegawai yang diterima biasanya dari kenalan orang dalam. Namun ketika
awal penulis bergabung ternyata awal juga divisi HRD (Human Resource Departement) menggunakan kebijakan mencari SDM
(Sumber Daya Manusia) dari situs internet (Jobs DB dan Job Street). Dimana
penulis adalah orang pertama tanpa koneksi yang pertama pula diterima bergabung
dengan perusahaan ini. Berbagai kesenjangan itulah yang penulis rasakan selama
bekerja hampir dua tahun ini. Awalnya pimpinan dari divisi penulis sendiri
tidak mempercayai sebab yang memutuskan penulis dapat bergabung adalah langsung
dari pemilik perusahaan (owner). Lalu
ada senior yang sudah lebih lama bekerja selalu menanggapi penulis dengan nada
tidak ramah hingga kecurigaan yang selalu ditimbulkan oleh senior terhadap
apapun yang penulis kerjakan. Dan suatu ketika, penulis dipanggil secara
pribadi oleh divisi HRD bahkan dipindahkan ruangan kerja atas info yang berasal
dari senior (mohon maaf tidak dapat disebutkan secara detail untuk nama atau
alamat perusahaan serta divisi baik penulis maupun senior tersebut).
Ternyata
senior itu mengatakan kalau penulis telah membantu divisi lain hingga senior
merasa khawatir atas kinerja kerja penulis yang dapat membocorkan internal data
perusahaan. Yang membuat penulis lebih sedih lagi karena divisi HRD mengetahui
ini dari Direktur dari divisi senior tersebut, dimana divisi penulis dan divisi
senior sangat berbeda. Dan pimpinan penulis ketika mengetahui ini juga hanya
diam bahkan sempat mengancam karena takut penulis akan berlaku seperti yang
senior cemaskan.
Dari
topik masalah pertama ini, berdasarkan Poppy dapat dikategorikan dalam teori
negoisasi prinsip dan teori transformasi konflik. Teori negoisasi prinsip
disebabkan oleh posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang
konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. Teori transformasi konflik
disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul
sebagai masalah sosial. (Poppy, 2014: 221)
Sebagai
makhluk sosial, setiap manusia setiap harinya pasti akan berinteraksi dengan
manusia lainnya. Dalam interaksi tersebut memungkinkan manusia menyampaikan
aspirasi dan tidak dipungkiri dapat menciptakan suatu gagasan yang berbeda
dengan manusia lainnya. Interaksi dan tujuan yang berbeda ini akan terus berkembang
hingga memunculkan berbagai persepsi yang beragam.
Michael
Kaye dalam Poppy mendefiniskan “Communication
management is how people manage their communication processes through
construing meanings about their relationships with others in various setting.
They are managing their and actions in a large of relationship – some personal
some professional.” Sedangkan Print menambahkan “As a manager, one must take a contingency approach to communicating
with their employees and communicate on a personal level. It’s the manager’s
responsibility to determine if their employee’s personality falls under the
following: Reactors, Workaholics, Persisters, Dreamers, Rebels, or Promoters.”
Pimpinan
dalam sebuah organisasi diharapkan dapat melakukan fungsi dan perannya untuk
mewujudkan kondisi lingkungan kerja yang sehat agar meningkatnya kinerja kerja
karyawan. Dua peran penting yang terkandung dalam kepemimpinan, yaitu : (Poppy:
2014: 126)
a.
Menyelesaikan
tugas, artinya tujuan utama dibentuknya kelompok dibawah pemimpin. Para
pemimpin harus memastikan bahwa tujuan kelompok akan tercapai
b.
Menjaga
hubungan yang efektif, yaitu hubungan antara pemimpin dengan anggota maupun
hubungan antar anggota
Komunikasi
bagi pimpinan merupakan aspek pekerjaan yang penting. karena fungsi pekerjaan dapat
berjalan dengan baik apabila melalui aktivitas komunikasi yang efektif pula. Keterampilan dan sikap seorang
pimpinan dalam berkomunikasi akan sangat menentukan bagaimana pengembangan
kualitas kinerja karyawan terhadap tanggung jawab pekerjaannya. Lanjut dalam
Jalaluddin menyebutkan bahwa ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh
bukan saja apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan dia sendiri. “He/she doesn’t communicate what he/she says,
he/she communicate what he/she is.” (Jalaluddin, 2015: 252)
Pimpinan
sebagai orang yang bertanggung jawab dalam organisasi dapat memberikan
kontribusi dalam membangkitkan iklim komunikasi yang baik. Berikut tanggung
jawab pimpinan dalam membantu karyawan mencapai kepuasan secara tidak langsung
: (Arni, 2014: 91)
a.
Semua
pimpinan haruslah menetapkan tujuan bagi karyawan-karyawannya
b.
Semua
pimpinan haruslah melatih karyawannya dan membantu mereka menjadi lebih efektif
dalam pekerjaannya
c.
Semua
pimpinan haruslah meninjau kemajuan karyawannya dalam bentuk hasil dan tujuan
yang telah dicapainya dan tidak menghargai aktivitas atau kegagalan mereka
tetapi hasil nyata dari tujuan mereka
d.
Semua
pimpinan hendak memberikan bimbingan
e.
Semua
pimpinan hendak menggunakan metode baru dalam kelompok dan bidang mereka untuk
membuat anggota kelompok terus-menerus menjadi lebih efektif
f.
Semua
pimpinan hendak membuat perencanaan untuk masa mendatang
g.
Semua
pimpinan harus mengembangkan kemampuan orang-orangnya
h.
Bila
menghargai prestasi karyawan, pimpinan hendaklah menggunakan standar sosial dan
finansial yang mereka telah tetapkan untuk karyawan
Aristoteles
dalam Jalaluddin menyebutkan bahwa persuasi tercapai karena karakteristik
personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita
menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada
orang-orang baik daripada orang lain. Ini berlaku umumnya pada masalah apa saja
dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat
terbagi. (Jalaluddin, 2015: 252)
Dari
pembahasan kasus diatas, hambatan atau gangguan berkomunikasi memberi pengaruh
dari “dalam” dan “luar” individu ataupun lingkungan yang merusak proses
penyampaian dan penerimaan pesan. Berikut cara mengatasi menurut Bovee dan
Thill dalam Poppy : (Poppy, 2014: 35)
c.
Memelihara
iklim komunikasi terbuka
d.
Bertekad
memegang teguh etika berkomunikasi
e.
Memahami
kesulitan komunikasi itu sendiri (komunikasi antarbudaya)
f.
Menggunakan
pendekatan komunikasi yang berpusat pada penerima
g.
Menciptakan
dan memproses pesan secara efektif dan efisien, seperti :
¨
Memahami
penerima pesan
¨
Menyesuaikan
pesan dengan penerima
¨
Mengembangkan
dan menghubungkan gagasan
¨
Mengurangi
jumlah pesan
¨
Memilih
saluran atau media komunikasi yang tepat
¨
Meningkatkan
keterampilan berkomunikasi
h.
Memberikan
umpan balik (feedback) secara cepat
Komunikasi juga ditujukan untuk
menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Kebutuhan sosial ini hanya dapat
dipenuhi dengan komunikasi interpersonal. Abraham Maslow dalam Jalaluddin
menyebut kebutuhan sosial dengan “kebutuhan akan cinta” atau “belongingness.” William menambahkan
kebutuhan sosial yang efektif terbagi dalam tiga hal, yaitu “inclusion, control, affection.”
(Jalaluddin, 2015: 14)
Dalam kasus ini, kredibilitas adalah contoh dimensi komunikasi
yang tepat untuk seorang komunikator (pemimpin) dalam menyampaikan pesan untuk
mempengaruhi sikap komunikan (karyawan) demi terwujudnya keefektifan. Komponen
kredibilitas adalah : (Riswandi, 2013: 83)
a.
Keahlian
;
Kesan
yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan
topik yang sedang dibicarakan
b.
Kepercayaan
;
Kesan
komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan karakteristiknya
Poppy mengatakan bahwa “Seorang
pemimpin harus memiliki keterampilan tidak hanya dalam teknis (technical skill), namun keterampilan
manajemen (manajerial skill) juga.”
(Poppy, 2014: 127) Artinya, semakin rendah kedudukan teknis pemimpin, semakin
tinggi keterampilan teknisnya. Semakin rendah kedudukan seseorang, semakin
spesialis atau spesifik ruang lingkup kerjanya. Namun semakin tinggi kedudukan seorang
pemimpin, semakin menonjol keterampilan manajemen, semakin dituntut untuk
memiliki kompetensi (kemampuan berpikir) secara konsepsional strategis dan
semakin generalis.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan pada bab II pembahasan,
maka bisa ditarik kesimpulan pada bab III ini, untuk mengatasi pada bab I
pendahuluan bahwa komunikasi efektif apabila komunikator mengetahui khalayak
mana yang akan dijadikan sasaran (komunikan) atas reaksi atau tanggapan yang
diharapkan. Komunikator harus terampil dalam menyampaikan pesan dengan
memperhitungkan bagaimana komunikan biasanya menerima isi pesan.
Agar komunikasi efektif, proses
penyampaian oleh komunikator harus berkaitan dengan proses penerimaan oleh
komunikan. Sayangnya, tidak semua orang menyadari pentingnya umpan-balik untuk
keberhasilan komunikasi mereka yang efektif. Menurut Wilbur Schramm dalam Poppy
menyatakan bahwa “Pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh
komunikan. (Poppy, 2014: 7)
Komunikasi sebenarnya bukan hanya
sekedar ilmu pengetahuan saja, tetapi komunikasi juga adalah seni. Komunikasi tidak
hanya terbatas pada kata-kata, namun komunikasi juga melibatkan ekspetasi,
persepsi, pilihan, tindakan, dan penafsiran. Sebab kita dituntut tidak hanya
memahami prosesnya, melainkan juga mampu menerapkan apa yang kita ketahui
secara kreatif.
Manusia adalah makhluk ciptaan
Tuhan yang paling unggul. Dalam keterbatasan komunikasi, banyak kekeliruan yang
muncul dari beragamnya kesalahpahaman yang diterima oleh manusia itu sendiri.
Oleh karena itu, pandangan humanisme menurut Carl Rogers (dengan sedikit
perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974: 33) dalam Jalaluddin menyimpulkan
bahwa : (Jalaluddin, 2015: 32)
c.
Setiap
manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi dimana dia-sang Aku,
ku atau diriku (the I, me, or my self)-
menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi
manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah,
yang muncul dari suatu medan fenomenal (phenomenal
field). Medan keseluruhan pengalaman subjektif seorang manusia, yang
terdiri atas pengalaman-pengalaman Aku dan Ku dan pengalaman yang “bukan aku”
d.
Manusia
berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan mengaktualisasikan diri
e.
Individu
bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya-ia
bereaksi pada “realitas” seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara
yang sesuai dengan konsep dirinya
f.
Anggapan
adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri-berupa
penyempitan dan pengkakuan (rigdification) persepsi dan perilaku penyesuaian
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi
g.
Kecenderungan
batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang
normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju
pengembangan dan aktualisasi diri.
3.2
Saran
Berkomunikasi
tidak hanya melalui penggunaan metode yang tepat, tetapi konten dari komunikasi
yang disampaikan. Dalam kenyataannya, masalah komunikasi akan senantiasa
muncul. Kesadaran bahwa komunikasi yang efektif sangat berperan dalam
pengambilan keputusan seorang pimpinan akan bertindak.
Komunikasi
merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang yang mempunyai
kedudukan (jabatan) penting, serta merupakan elemen penting dalam membuat
suasana lingkungan yang kondusif, sebagai bentuk tanggung jawab (peran) orang
tersebut dalam mencapai keefektifan komunikasi. Deddy berpendapat bahwa “Untuk
menjadi seorang komunikator yang efektif, seseorang harus berusaha menampilkan
komunikasi yang dapat dipahami oleh orang lain.” (Deddy, 2008: 5)
Komunikasi
bisa juga dikatakan sebagai inti dari kepemimpinan. Sebab pemimpin yang baik
adalah pemimpin yang mampu menguasai komunikasi dengan baik pula. Dengan
penguasaan komunikasi yang baik, seorang pemimpin memiliki nilai tambah. Baik
dalam kehidupannya secara umum, maupun dalam mengkontribusikan dirinya di
tempat kerja menjadi lebih produktif.
Dengan
komunikasi kita membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan,
memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan dan melestarikan peradaban. Layaknya
tenaga ahli, maka berkomunikasi secara profesional pun harus dituntut oleh
mereka yang masih dalam usia produktif (menghasilkan nilai produktivitas
tinggi) demi terwujudnya komunikasi yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad,
Arni. 2014. Komunikasi Organisasi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyana,
Deddy. 2008. Komunikasi Efektif : Suatu
Pendekatan Lintasbudaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rakhmat,
Jalaluddin. 2015. Psikologi Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Riswandi.
2009. Psikologi Komunikasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ruliana,
Poppy. 2014. Komunikasi Organisasi :
Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Rajawali Pers.
DAFTAR
MODUL
Iklim
Komunikasi dalam Organisasi : Dra. Isparwati Asri, M.Si.
No comments:
Post a Comment