Friday, 25 March 2016

Komunikasi Non Verbal


KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan penulis ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia yang telah diberikan oleh-Nya. Terima kasih juga dihaturkan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga tugas ini dapat selesai tepat waktu. Pada kesempatan ini, penulis akan membahas tentang komunikasi non verbal dari mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi yang dibimbing oleh Ibu Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Mempelajari komunikasi sekarang tidak hanya di kalangan mahasiswa, melainkan di berbagai profesi lainnya juga sudah mempelajari cara berkomunikasi untuk menunjang kebutuhannya. Istilah komunikasi pun semakin hari semakin populer karena semakin banyak istilah komunikasi yang beredar di masyarakat. Oleh sebab itu, komunikasi dan masyarakat menjadi dua kata yang identik berkaitan.
Pada dasarnya, manusia memiliki keunggulan dibanding makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Kecakapan berkomunikasi manusia tidak lagi mutlak dengan tatap muka. Seiring perkembangan zaman, manusia dapat menyampaikan pesan melalui berbagai metode. Pengaruh dari lingkungannya, membuat manusia mampu menciptakan simbol atau kode dalam menyampaikan pesannya.
Semoga pembahasan tentang komunikasi non verbal dalam pengantar ilmu komunikasi ini dapat menambah pengetahuan cara berkomunikasi yang baik dan benar dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Dalam tugas ini, penulis sadar bahwa pembahasan ini masih jauh dari sempurna dan ada kekurangan yang diharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk membantu mengoreksinya.

Jakarta, 17 Oktober 2015

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
BAB II : PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Komunikasi Non Verbal
2.2  Fungsi Komunikasi Non Verbal
2.3  Jenis Komunikasi Non Verbal
BAB III : PENUTUP
3.1  Kesimpulan
3.2  Saran
DAFTAR PUSTAKA















BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Berkomunikasi tidak hanya menggunakan bahasa verbal, namun juga bahasa non verbal. Bahkan dalam interaksi sosial, lebih dari komunikasi yang digunakan adalah kombinasi anatara lisan dan non lisan. Sebagai contoh (Joe, 2014: 65), dalam sebuah pertemuan, penampilan cenderung menjadi sorotan untuk memberi penilaian kesan pertama seseorang. Penampilan mengisyaratkan pesan melalui bahasa tubuh kepada lawan bicara. Dengan berpenampilan rapi dan sopan, kita memberi pesan bahwa kita menghargai dan menghormati undangan pertemuan yang diberikan. Apabila direspon secara hangat dengan emosional atau tatapan balik (eye contact) yang menandakan bahwa pesan kita diterima dan dihargai cukup baik. Bahasa tubuh yang disampaikan melalui penampilan sehingga mempengaruhi pandangan pertama seseorang menandakan ini adalah komunikasi secara non verbal. Sebab respon emosional mewakili aspek psikologis yang tidak disadari atau tidak disengaja telah menyampaikan arti tanpa kata - kata yang tercermin pada bahasa tubuh seseorang.

Persepsi seseorang melalui bahasa tubuh adalah salah satu bentuk komunikasi non verbal yang dapat memberi pengaruh satu sama lainnya dalam membina hubungan. Namun, seringkali bahasa tubuh juga disalahartikan karena persepsi yang diterima setiap individu berbeda - beda pula. Tidak selalu bahasa tubuh yang kita tunjukkkan dan ingin kita sampaikan, akan disambut baik atau direspon positif oleh lawan bicara. Dan bahasa tubuh melalui penampilan pertama pun tidak bisa terus disamakan dalam segala kondisi. Dalam hal ini, bahasa tubuh melalui penampilan yang dimaksud adalah seperti gaya berbusana, ekspresi wajah dan perilaku sikap. 

























BAB II
PEMBAHASAN

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak mau berinteraksi dengan orang lain pasti akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Maka dari itu, komunikasi menurut Hafied Cangara adalah kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. (Hafied, 2011: 1)
Sesuai dengan fenomena yang diuraikan pada bab I sebelumnya, maka pada bab ini akan dibahas pemahaman mengenai komunikasi non verbal serta penerapannya.

2.1   Pengertian Komunikasi Non Verbal
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam Riswandi menyebutkan bahwa komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Riswandi, 2009: 69)

Lebih lanjut lagi Albert Mahrabian dalam Riswandi menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang adalah 7% berasal dari bahasa verbal, 38% dari vokal suara dan 55% dari ekspresi muka. (Riswandi, 2009: 70)

Melalui pengertian komunikasi non verbal tersebut dipahami bahwa seluruh aspek gerak - gerik tubuh manusia ataupun mimik wajah yang memiliki makna dan digunakan untuk menyampaikan isi pernyataan serta ditujukan kepada orang lain sebagai lawan bicaranya.

Secara sederhana, komunikasi non verbal adalah bahasa isyarat, bukan kata-kata.

2.2   Fungsi Komunikasi Non Verbal
Pada kehidupan sehari - hari komunikasi verbal bisa dikombinasikan dengan komunikasi non verbal dan bisa juga berdiri sendiri. Namun komunikasi non verbal lebih sering digunakan untuk memberi penegasan pada komunikasi verbal. Sebagai contoh: ketika mengatakantidak” lalu diikuti dengan menggerakan tangan ke kanan dan kiri. Aktifitas menggerakkan tangan ini termasuk kategori komunikasi non verbal.

Komunikasi non verbal juga digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks tertentu. Saat sedang menjemput seseorang di pelabuhan. Sesaat kapal belum berlabuh boleh jadi sudah melihat orang yang dimaksud  namun kondisinya kapal belum berlabuh. Ketika hendak menyatakan “hei aku disini, lihat kemari”. Teriak sekeras apapun belum tentu bisa didengar mengingat angin dan suara ombak dipelabuhan cukup kencang. Lambaian tangan bisa menjadi solusi untuk melakukan komunikasi kepadanya. Contoh ini merupakan salah satu penerapan komunikasi non verbal yang tidak diikuti dengan komunikasi verbal.

Bagi sebagian kalangan menggerakkan tangan seperti pada contoh di atas bisa juga disebut sebagai bahasa tubuh. Namun dalam kajian literature komunikasi biasa disebut dengan komunikasi non verbal. Oleh sebab itu, semua bahasa non verbal harus dipahami dalam kaitannya dengan konteks.

Dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku non verbal mempunyai fungsi - fungsi sebagai berikut (Riswandi, 2009: 70) :
a)    Perilaku non verbal dapat mengulangi / repetisi perilaku verbal
b)    Memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku verbal
c)    Perilaku non verbal dapat menggantikan / subsitusi perilaku verbal
d)    Perilaku non verbal dapat meregulasi perilaku verbal
e)    Perilaku non verbal dapat membantah / bertentangan (kontradiksi) dengan perilaku verbal

2.3   Jenis Komunikasi Non Verbal
Banyaknya varian komunikasi non verbal, maka perlu untuk mengetahui  jenis - jenis komunikasi non verbal tersebut. Duncan dalam Jalaluddin Rakhmat terdapat enam jenis pesan non verbal (Rakhmat, 2012: 285) :
a)    Kinesik atau gerak tubuh
b)    Paralinguistik atau suara
c)    Prosemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial
d)    Olfaksi atau penciuman
e)    Sensitifitas kulit
f)     Faktor artifaktual, seperti pakaian dan kosmetik

Mengekspresikan perasaan sedih melalui penampilan / berbaju hitam. dalam hal ini fashion juga menjadi bagian dari komunikasi non verbal. Sebab ada komunikatornya , yakni sih pengguna baju tersebut dan ada “pesan” yang akan disampaikan yaitu “perasaan” sedih. Lalu komunikannya sudah pasti orang yang melihat dirinya. Bahkan penggunaan wewangian untuk menarik perhatian orang lain juga telah melakukan komunikasi non verbal.

Dalam keberadaannya, manusia itu unik dan istimewa.  Sebab Hafied Cangara mengatakan bahwa selain manusia memiliki kemampuan daya pikir (rational), manusia juga memiliki keterampilan berkomunikasi yang lebih indah dan lebih canggih, sehingga dalam berkomunikasi manusia bisa mengatasi rintangan jarak dan waktu. (Hafied, 2011: 99)





















BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
Berdasarkan pada bab II pembahasan, maka bisa ditarik kesimpulan pada bab III ini, untuk mengatasi pada bab I pendahuluan bahwa melalui bahasa tubuh, seseorang tanpa disadari / tidak disengaja telah mengkomunikasikan sesuatu (berinteraksi) terhadap lawan bicaranya. Baik itu berupa gerakan, ekspresi, ataupun penampilan dari komunikator hingga menimbulkan berbagai persepsi kepada komunikan. 

Penampilan dalam berbusana atau perilaku bersikap menjadi tolak ukur kesan pertama persepsi seseorang terhadap kita dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu faktor kepribadian (internal) dan lingkungan / status sosial (eksternal). Gaya berbusana yang terlalu mencolok mengesankan norak atau glamour style mengesankan sombong. Padahal mungkin karena faktor lingkungan pergaulan yang diatas usianya ingin membuat tampak sama dewasanya, namun terlihat sebaliknya. Jadi solusinya adalah kenakanlah segala sesuatu sewajarnya, buatlah kesan pertama yang baik dengan segala sesuatu diawali senyum keramahan kita.

3.2   Saran






DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Fiske, John. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Navarro, Joe. 2015. Cara Cepat Membaca Bahasa Tubuh. Jakarta: Change.
Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.


No comments:

Post a Comment