KATA PENGANTAR
Puji
syukur dipanjatkan penulis ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia yang telah diberikan oleh-Nya. Terima kasih juga dihaturkan kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga tugas ini dapat selesai tepat waktu.
Pada kesempatan ini, penulis akan membahas tentang komunikasi non verbal dari
mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi yang dibimbing oleh Ibu Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Mempelajari komunikasi sekarang tidak hanya di kalangan
mahasiswa, melainkan di berbagai profesi lainnya juga sudah mempelajari cara berkomunikasi
untuk menunjang kebutuhannya. Istilah komunikasi pun semakin hari semakin
populer karena semakin banyak istilah komunikasi yang beredar di masyarakat. Oleh
sebab itu, komunikasi dan masyarakat menjadi dua kata yang identik berkaitan.
Pada dasarnya, manusia memiliki keunggulan dibanding makhluk
ciptaan Tuhan lainnya. Kecakapan berkomunikasi manusia tidak lagi mutlak dengan
tatap muka. Seiring perkembangan zaman, manusia dapat menyampaikan pesan
melalui berbagai metode. Pengaruh dari lingkungannya, membuat manusia mampu
menciptakan simbol atau kode dalam menyampaikan pesannya.
Semoga pembahasan tentang komunikasi non verbal dalam
pengantar ilmu komunikasi ini dapat menambah pengetahuan cara berkomunikasi
yang baik dan benar dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Dalam tugas
ini, penulis sadar bahwa pembahasan ini masih jauh dari sempurna dan ada
kekurangan yang diharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk membantu
mengoreksinya.
Jakarta, 17 Oktober 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Non Verbal
2.2 Fungsi Komunikasi Non Verbal
2.3 Jenis Komunikasi Non Verbal
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berkomunikasi tidak hanya menggunakan
bahasa verbal, namun juga bahasa non verbal. Bahkan dalam interaksi sosial, lebih dari komunikasi
yang digunakan adalah kombinasi anatara lisan dan non lisan. Sebagai contoh (Joe, 2014: 65), dalam sebuah pertemuan,
penampilan cenderung menjadi sorotan untuk memberi penilaian kesan pertama
seseorang. Penampilan
mengisyaratkan pesan melalui bahasa tubuh kepada lawan bicara. Dengan
berpenampilan rapi dan sopan, kita memberi pesan bahwa kita menghargai dan
menghormati undangan pertemuan yang diberikan. Apabila direspon secara hangat
dengan emosional atau tatapan balik (eye
contact) yang menandakan bahwa pesan kita diterima dan dihargai cukup baik.
Bahasa tubuh yang disampaikan melalui penampilan sehingga mempengaruhi pandangan
pertama seseorang menandakan ini adalah komunikasi secara non verbal. Sebab
respon emosional mewakili aspek psikologis yang tidak disadari atau tidak
disengaja telah menyampaikan arti tanpa kata - kata yang tercermin pada bahasa
tubuh seseorang.
Persepsi
seseorang melalui bahasa tubuh adalah salah satu bentuk komunikasi non verbal yang dapat
memberi pengaruh satu sama lainnya dalam membina hubungan. Namun, seringkali
bahasa tubuh juga disalahartikan karena persepsi yang diterima setiap individu
berbeda - beda pula. Tidak selalu bahasa tubuh yang kita tunjukkkan dan ingin
kita sampaikan, akan disambut baik atau direspon positif oleh lawan bicara. Dan
bahasa tubuh melalui penampilan pertama pun tidak bisa terus disamakan dalam
segala kondisi. Dalam hal ini, bahasa tubuh melalui penampilan yang dimaksud
adalah seperti gaya berbusana, ekspresi wajah dan perilaku sikap.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai
makhluk sosial, manusia selalu berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam
melangsungkan kehidupannya. Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak mau
berinteraksi dengan orang lain pasti akan mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya. Maka dari itu, komunikasi menurut Hafied Cangara adalah kebutuhan
yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. (Hafied,
2011: 1)
Sesuai
dengan fenomena yang diuraikan pada bab I sebelumnya, maka pada bab ini akan
dibahas pemahaman mengenai komunikasi non verbal serta penerapannya.
2.1 Pengertian Komunikasi
Non Verbal
Menurut Larry
A. Samovar dan Richard E. Porter dalam Riswandi menyebutkan bahwa komunikasi non verbal mencakup
semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang
dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang
mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Riswandi, 2009: 69)
Lebih lanjut lagi Albert Mahrabian dalam Riswandi
menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang adalah 7%
berasal dari bahasa verbal, 38% dari vokal suara dan 55% dari ekspresi muka. (Riswandi,
2009: 70)
Melalui pengertian komunikasi non verbal tersebut
dipahami bahwa seluruh aspek gerak - gerik tubuh manusia ataupun mimik wajah yang memiliki makna dan digunakan untuk
menyampaikan isi pernyataan serta ditujukan kepada orang lain sebagai lawan
bicaranya.
Secara sederhana, komunikasi non verbal adalah bahasa isyarat, bukan kata-kata.
2.2 Fungsi
Komunikasi Non
Verbal
Pada
kehidupan sehari - hari komunikasi verbal bisa dikombinasikan dengan
komunikasi non verbal dan bisa juga berdiri sendiri. Namun komunikasi non
verbal lebih sering digunakan untuk memberi penegasan pada komunikasi verbal.
Sebagai contoh: ketika mengatakan “tidak” lalu diikuti dengan menggerakan tangan ke kanan dan kiri.
Aktifitas menggerakkan tangan ini termasuk kategori komunikasi non verbal.
Komunikasi
non verbal juga digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks tertentu. Saat
sedang menjemput seseorang di pelabuhan. Sesaat kapal belum berlabuh boleh jadi
sudah melihat orang yang dimaksud namun
kondisinya kapal belum berlabuh. Ketika hendak menyatakan “hei aku disini,
lihat kemari”. Teriak sekeras apapun belum tentu bisa didengar mengingat angin
dan suara ombak dipelabuhan cukup kencang. Lambaian tangan bisa menjadi solusi
untuk melakukan komunikasi kepadanya. Contoh ini merupakan salah satu penerapan
komunikasi non verbal yang tidak diikuti dengan komunikasi verbal.
Bagi
sebagian kalangan menggerakkan tangan seperti pada contoh di atas bisa juga
disebut sebagai bahasa tubuh. Namun dalam kajian literature komunikasi biasa
disebut dengan komunikasi non verbal. Oleh sebab itu, semua bahasa non
verbal harus dipahami dalam kaitannya dengan konteks.
Dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku
non verbal mempunyai fungsi - fungsi sebagai berikut (Riswandi, 2009: 70) :
a)
Perilaku non verbal dapat mengulangi / repetisi
perilaku verbal
b)
Memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku
verbal
c)
Perilaku non verbal dapat menggantikan / subsitusi
perilaku verbal
d)
Perilaku non verbal dapat meregulasi perilaku verbal
e)
Perilaku non verbal dapat membantah / bertentangan
(kontradiksi) dengan perilaku verbal
2.3
Jenis Komunikasi Non Verbal
Banyaknya varian komunikasi non verbal, maka perlu
untuk mengetahui jenis - jenis komunikasi non verbal tersebut. Duncan dalam Jalaluddin Rakhmat terdapat enam jenis pesan non verbal (Rakhmat, 2012: 285) :
a)
Kinesik atau gerak tubuh
b)
Paralinguistik atau suara
c)
Prosemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial
d)
Olfaksi atau penciuman
e)
Sensitifitas kulit
f)
Faktor artifaktual, seperti pakaian dan kosmetik
Mengekspresikan perasaan sedih melalui penampilan /
berbaju hitam. dalam hal ini fashion juga menjadi bagian dari komunikasi non
verbal. Sebab ada komunikatornya , yakni sih pengguna baju tersebut dan ada “pesan” yang akan disampaikan yaitu “perasaan”
sedih. Lalu komunikannya sudah pasti orang yang melihat dirinya. Bahkan penggunaan wewangian untuk menarik
perhatian orang lain juga telah melakukan komunikasi non verbal.
Dalam
keberadaannya, manusia itu unik dan istimewa.
Sebab Hafied Cangara mengatakan bahwa selain manusia memiliki kemampuan
daya pikir (rational), manusia juga
memiliki keterampilan berkomunikasi yang lebih indah dan lebih canggih,
sehingga dalam berkomunikasi manusia bisa mengatasi rintangan jarak dan waktu.
(Hafied, 2011: 99)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan pada bab II pembahasan, maka
bisa ditarik kesimpulan pada bab III ini, untuk mengatasi pada bab I
pendahuluan bahwa melalui bahasa tubuh, seseorang tanpa disadari / tidak
disengaja telah mengkomunikasikan sesuatu (berinteraksi) terhadap lawan
bicaranya. Baik itu berupa gerakan, ekspresi, ataupun penampilan dari
komunikator hingga menimbulkan berbagai persepsi kepada komunikan.
Penampilan dalam berbusana atau perilaku
bersikap menjadi tolak ukur kesan pertama persepsi seseorang terhadap kita
dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu faktor kepribadian (internal) dan lingkungan /
status sosial (eksternal). Gaya berbusana yang terlalu mencolok mengesankan
norak atau glamour style mengesankan
sombong. Padahal mungkin karena faktor lingkungan pergaulan yang diatas usianya
ingin membuat tampak sama dewasanya, namun terlihat sebaliknya. Jadi solusinya
adalah kenakanlah segala sesuatu sewajarnya, buatlah kesan pertama yang baik
dengan segala sesuatu diawali senyum keramahan kita.
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Cangara,
Hafied. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Fiske,
John. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Navarro,
Joe. 2015. Cara Cepat Membaca Bahasa
Tubuh. Jakarta: Change.
Rakhmat,
Jalaluddin. 2012. Psikologi Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Riswandi.
2009. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
No comments:
Post a Comment